Yuk Dukung Industri Daur Ulang Agar Sampah Plastik Gak Menumpuk saat Corona

Saat ini beberapa negara bagian seperti Amerika sudah mulai menunda pelarangan plastik sekali pakai untuk mengerem laju pandemi. Dapat dimengerti, pandemi ini membuat semua menjadi hypervigilant karena di saat-saat seperti ini, kesehatan nomor satu.

Pembicara lain pada diksusi ini, Managing Director Klinik Sampah Kertabumi M Ikbal Alexander menjelaskan, perlu upaya terus menerus untuk mengedukasi masyarakat bahwa sampah plastik bisa dikelola dan memiliki nilai ekonomi. Meski setiap jenis sampah plastik berbeda beda nilai ekonominya. “Sampah botol plastik adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis paling tinggi. Bank sampah biasa membeli Rp3.000 per Kg. Jadi sampah jenis ini kalaupun cuma di buang di pinggir jalan, akan ada pemulung yang mengambilnya karena memang bernilai ekonomis, berbeda dengan sampah kantong kresek,” kata dia.

Pada kesempatan berbeda, Ketua Asosiasi Untuk Kemasan dan Daur Ulang Bagi Indonesia yang Berkelanjutan Karyanto Wibowo mengatakan, ekonomi sirkular sangat erat kaitannya dengan industri daur ulang dan merupakan industri yang harus dijaga keberlangsungannya di tengah pandemi COVID-19 ini.

Ekonomi sirkular adalah alternatif ekonomi linier tradisional (dimana produk dibuat, digunakan dan sampahnya dibuang) dimana sumber daya dapat dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum penggunaan, memulihkan dan meregenerasi produk dan bahan pada setiap akhir umur layanan.

Sayangnya, menurut Zainal, saat ini industri daur ulang Indonesia sedang mengalami tekanan yang luar biasa karena harga virgin plastic yang tidak jauh berbeda dengan harga plastik daur ulang sebagai akibat turunnya harga minyak bumi sebagai bahan dasar biji plastik. Akibatnya pengusaha lebih memiliki menggunakan virgin plastik.

Ini dibenarkan Ketua Ikatan Pemulung Indonesia Prispoly Lengkong yang sudah sejak beberapa waktu lalu mengeluhkan tidak adanya proteksi dari pemerintah terhadap industri daur ulang. Prispoly mengaku menerima banyak keluhan dari pemulung yang tidak bisa menjual plastiknya karena banyak pelapak tutup. Pelapak tutup karena UKM dan Industri juga untuk sementara tidak melakukan pembelian plastik selama COVID-19.

Mengutip data Kemenperin saat ini terdapat 600 industri besar dan 700 industri kecil yang bermain di sektor industri daur ulang plastik. Namun persentase pengolahan daur ulang yang ada masih sangat rendah. Dari sebanyak 7,23 juta konsumsi plastik dalam setahun, hanya terdapat 914.000 atau sekitar 12,6% saja yang kemudian di daur ulang kembali.

Dari sekian banyak industri besar yang menggunakan plastik sebagai bahan baku, salah satu yang telah berkomitmen mendukung penggenaan kemasan daur ulang adalah Danone Aqua.

“Aqua terus memproduksi produk Aqua Life yang menggunakan 100% bahan daur ulang PET, selain seluruh botol kemasan Aqua sudah mengandung 25 % bahan daur ulang. Ini merupakan komitmen Danone mendukung pengerangan sampah plastik,“ kata Direktur Komunikasi Danone Indonesia Arif Mujahidin.

Menurut dia, pihaknya tinggal menunggu komitmen dari pelaku usaha lainnya untuk memajukan industri daur ulang Indonesia.