Kinerja Industri Daur Ulang Plastik Tercampur Limbah Masker

Pandemi Covid-19 memukul produksi industri daur ulang plastik pada tahun ini. Dari beberapa penyebab, penanganan limbah masker yang buruk diduga menjadi penyebab utamanya.

Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (Adupi) menyatakan bahwa pengumpulan bahan baku selama pandemi turun lebih dari 50 persen pada periode yang sama tahun lalu. Alhasil, asosiasi meramalkan volume produksi pada 2020 akan anjlok setidaknya 50 persen dibandingkan dengan realisasi 2019.

"Banyak orang kerjanya dari rumah, jadi banyak yang tidak konsumsi apa-apa. Jadi, bahan baku berkurang banget. Impor [bahan baku] juga susah, saat ini banyak persyaratan-persyaratan yang menyusahkan," ujar Ketua Umum Adupi Christine Halim

Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik (Inaplas) mendata industri daur ulang berkontribusi sekitar 1 juta ton per tahun dalam memasok bahan baku industri plastik. Dengan kata lain, industri daur ulang maksimal hanya mampu memasok sekitar 500.000 ton hingga akhir 2020.

Selain pengurangan konsumsi, Christine menyatakan banyaknya limbah masker di tempat pemrosesan akhir (TPA) juga berkontribusi berkurangnya pengumpulan bahan baku.

Pasalnya, ujar Christine, para pemulung juga enggan mendekati sampah yang dekat dengan masker karena takut tertular Covid-19.

Kementerian Perindustrian mendata ada 88 pabrikan yang memiliki izin edar masker bedah dan masker N95 dengan total kapasitas produksi sekitar 470 juta unit per bulan. Kemenperin meramalkan akan ada sekitar 137 juta unit yang akan dipasarkan di dalam negeri hingga akhir 2020.

Christine mengatakan bahwa pihaknya belum menemukan mesin atau proses produksi yang dapat mendaur ulang masker medis di dalam negeri.

"Semua orang tidak siap dengan adanya pandemi ini. Jadi, banyak sampah masker yang menumpuk sejak awal pandemi di mana-mana dan orang buangnya dicampur dengan sampah-sampah lain," ucapnya.

Christine menyampaikan masalah limbah masker medis tersebut turut berkontribusi membuat sebagian besar pengepul sampah plastik gulung tikar. Sementara itu, sekitar 30 persen—40 persen pabrikan daur ulang plastik menghentikan produksinya per September 2020.

Christine menyatakan pihaknya telah mencoba menyurati Kemenperin mengenai masalah tersebut. "Sudah mencoba [memulai] diskusi, tapi masih tidak ada respons."